Dalam hidup pasti akan ada masalah yang akan dihadapi, yang tak jarang akan membuat seseorang tidak mampu mengatasinya. Perceraian seringkali berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang terlibat, termasuk didalamnya anak-anak. Perceraian juga dapat menimbulkan stress dan trauma untuk memulai hubungan yang baru dengan lawan jenis. Menurut Holmes dan Rahe, perceraian adalah penyebab stress kedua yang paling tinggi dari tingkat stress, setelah kematian pasangan hidup. Kalau sudah seperti itu, pasangan tersebut pasti akan menjadi stress.
Dari waktu ke waktu, kasus perceraian tampaknya terus meningkat. Maraknya tayangan infotainment di televisi yang menyiarkan parade artis dan public figure yang mengakhiri perkawinan mereka melalui meja Pengadilan, seakan mengesahkan bahwa perceraian merupakan trend. Sepertinya kesakralan dan makna perkawinan sudah tidak lagi berarti. Pasangan yang akan bercerai sibuk mencari pembenaran akan keputusan mereka untuk berpisah. Mereka tidak lagi mempertimbangkan bahwa ada yang bakal sangat menderita dengan keputusan tersebut, yaitu anak-anak.
Namun, fenomena perceraian marak terjadi bukan hanya di kalangan artis atau publik saja. Di dalam keluarga sederhana, bahkan di dalam lingkungan pendidik, lingkungan yang tampak religius, perceraian juga banyak terjadi. Umumnya, orangtua yang bercerai akan lebih siap menghadapi perceraian dibandingkan anak-anak mereka. Hal tersebut karena sebelum mereka bercerai, biasanya didahului proses berpikir dan pertimbangan yang panjang sehingga sudah ada suatu persiapan mental dan fisik. Tidak demikian halnya dengan anak. Mereka tiba-tiba saja harus menerima keputusan yang telah dibuat orangtua, tanpa sebelumnya punya ide atau bayangan bahwa hidup mereka akan berubah. Misalnya tiba-tiba saja ayah tidak lagi pulang ke rumah, atau ibu pergi dari rumah, atau tiba-tiba bersama ibu atau ayah pindah ke rumah baru.
Apapun penyebab stress karena perceraian pasti menimbulkan rasa sakit hati, stres dan depresi. Hal itu sangat wajar dan meskipun seseorang yang bercerai sudah menjalani terapi, berlibur dan melakukan berbagi cara untuk menghilangkan kesedihan mendalam akaibat perceraian, waktulah yang akan menyembuhkan. Untuk mengembalikan perasaan dan menghilangkan rasa sakit setelah perceraian memang tidak mudah. Setelah hampir satu tahun setengah setelah perceraian, biasanya seseorang baru sepenuhnya siap untuk melanjutkan kehidupannya. Konsekuensi perceraian seperti hak asuh anak, pembagian harta dan hal lain, juga menyita perhatian, dan harus segera diurus. Hal itu sangat menyita waktu, pikiran dan perasaan.